Kamis, 26 Juli 2012

Keberanianku



No Love No Cry. Itulah prinsipku. Tapi, prinsip itu seakan sirna dan tak kupakai lagi semenjak ku mengenalnya. Reno. Murid kelas XII ini memang telah membuatku jatuh cinta. Entah apa yang membuatku jatuh cinta padanya. Hmm, benar apa kata pepatah, “Cinta Itu Buta”.
Suatu ketika, Aku menerima pesan singkat darinya.  Turuti kata hatimu, jangan Kamu berhenti karena keterbatasan. Seakan kata-kata itu menusuk jantungku, sangat dalam. Ada tanda tanya besar dalam hatiku. Namun, Aku tak punya keberanian untuk menanyakannya.
Selang beberapa hari, Dia mengirim pesan singkat lagi padaku. Dia tidak seperti yang Kamu kira. Sungguh, kata-kata itu membuatku tak hanya pusing, namun juga dilanda DBD (Demam BerDilema). Sebenarnya, apa maksud kak Reno mengirim kata-kata itu padaku ?
Dua hari setelah pesan singkat itu kuterima, Dia mengirim satu pesan singkat lagi padaku. Ternyata itu adalah yang terakhir. Jangan salahkan Aku jika ada salah paham. SUMPAH !!! Aku benar-benar sedang dalam keadaan ANDI LAU (ANtara DIlema dan gaLAU). Pikiranku juga kacau! Kenapa sih kak Reno gak to the point aja ?!? Kan gak mbulet  alias ribet kayak gini!
Sepulang sekolah, Aku berniat untuk membicarakan tentang pesan-pesan singkat itu dengan kak Reno. Aku pun mengirim pesan singkat untuknya. Kak, Aku tunggu di gazebo sekarang. Entah Dia akan datang menemuiku atau tidak. Tapi yang jelas, Aku akan menunggunya sampai Dia datang.
Dua jam Aku menunggu, tanpa ada kepastian. Sempat ku berpikir untuk berhenti menunggu. Namun, cepat-cepat ku tendang pikiran-pikiran buruk itu. Tak lama kemudian, dikejauhan, dibalik lambaian pepohonan, terlihat cowok berbadan tinggi nan tegap. Semakin dekat Dia berjalan ke arah gazebo yang sedari tadi ku tempati. Besar harapku ketika yang kulihat itu adalah kak Reno. Ternyata benar, Dia adalah orang yang Aku tunggu dari tadi, dari dua jam yang lalu. kak Reno.
“eh sorry, kelamaan ya? (duduk disebelahku). Tadi Aku masih ada rapat OSIS.”
“eh iya, gak apa-apa kok kak (meringis).”
“(tersenyum) by the way, ada apa Put?”
Sontak jantungku berdegup sangat kencang ketika kak Reno bertanya itu padaku. Sampai pada akhirnya, Aku katakan apa yang selama ini Aku rasa padanya. Rasa suka, bahkan bisa dibilang cinta padanya. Perasaan yang selama ini kupendam, kini terungkap percuma.
“kenapa tidak bilang dari dulu Putri?” Tanyanya seakan penuh rasa penyesalan didalamnya.
Suasana hening. Saling diam. Tak ada sepatah katapun yang terucap. Hanya terdengar suara daun pepohonan saling berjatuhan, dihempas angin tak berdaya. Hingga pada akhirnya, Dia memutuskan untuk pergi meninggalkanku sendiri dengan hati yang tertancap belati kekecewaan. Ku pandangi jiwa yang kini perlahan menjauh. Menjauh hingga tak tergapai lagi.
Awal sebuah cinta yang indah, pasti akan ada akhir yang menyakitkan. Sungguh, Aku kecewa. Sangat kecewa pada diriku sendiri. Begitu bodohnya dan mudahnya Aku melepasnya pergi menjauh dari hidupku.
Kini Aku tau apa maksud kak Reno mengirim pesan-pesan singkat itu. Ternyata, Dia ingin Aku mengungkapkan isi hatiku. Dia ingin Aku mengutarakannya. Namun, sekarangpun Aku mengatakannya, sudah terlambat. Kini Dia telah ada yang memiliki.
Kesempatan akan datang pada mereka yang mau berusaha. Sebaliknya, kesempatan tidak akan datang pada mereka yang hanya menunggu.
Sedih, sakit, kecewa memang. Namun, tetap ada kelegaan tersendiri dalam hatiku. Entah mengapa Aku merasa lega. Seakan Aku beterimakasih pada kak Reno, karenanya telah mengajariku keberanian dalam konteks cinta. Dan akhirnya, Aku menemukan prinsip hidupku. “Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu. Tetapi, yang lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan tidak pernah memiliki keberanian untuk mengutarakan cintamu padanya.
Jangan sia-siakan sesuatu yang indah itu hilang begitu saja. Pertahankan dan perjuangkan jika ingin dimiliki untuk selamanya.
Meskipun kita cewek, bukan berarti kita hanya bisa menunggu. Keberanian bukannya ketidakhadiran rasa takut. Namun, keberanian adalah dengan MELAKUKANNYA!!! ^-^


Inspirated by           : GWP
Karya                         : G. Wimanda P.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar